Rombongan Laskar Mataram beranjak dari Wisma PSIM Jogja Baciro untuk melakukan perjalanan ziarah ke makam raja-raja di Kotagede dan Imogiri. Waktu itu sekitar pukul 17.00 WIB. Pemain mengendarai dua elf putih, sementara rombongan lain mengikuti dari belakang.
Ziarah ini menjadi tradisi rutin bagi PSIM Jogja sebelum mulai berkompetisi tiap musimnya. Tujuannya, selain untuk mempererat ikatan tim dan refleksi diri, ziarah ini juga menjadi kesempatan bagi para pemain untuk lebih mengenal budaya dan sejarah Yogyakarta.
Laskar Mataram tiba di makam raja-raja di Kotagede sesaat sebelum adzan Maghrib berkumandang. Pemain dan rombongan menunaikan sholat terlebih dahulu, sebelum melakukan rangkaian ziarah di sana.
Bagi yang sudah selesai melaksanakan sholat, mereka segera berganti baju adat yang digunakan khusus untuk berziarah di sana.
Edgard Amping, salah satu pemain yang baru pertama kali melakukan ziarah di sini, mengungkapkan rasa antusiasnya.
“Rasanya antusias. Pengen tau juga, jadi pengalaman baru. Bisa mengenal lebih dalam budaya di Jogja,” ujar pemain asal Mamuju itu.
Setelah semuanya berganti pakaian, pemain melakukan foto bersama terlebih dahulu. Selanjutnya, mereka masuk secara berurutan ke dalam area makam para raja dan melakukan ziarah.
Rangkaian kegiatan di dalam makam tidak boleh didokumentasikan. Hal ini dimaksudkan agar ziarah berlangsung secara sakral dan penuh pemaknaan.
Kegiatan ziarah di lokasi pertama ini berakhir sekitar pukul 19.45 WIB. Rombongan Laskar Mataram langsung beranjak menuju tempat kedua, yakni makam raja-raja di Imogiri. Perjalanan menuju ke sana membutuhkan waktu sekitar setengah jam.
Ketika tiba di makam raja-raja Imogiri, pemain melaksanakan sholat Isya’ terlebih dahulu. Selanjutnya, mereka langsung berganti baju adat di sana dan melakukan foto bersama terlebih dahulu sebelum masuk ke area makam raja-raja Imogiri.
Suasana hening dan sakral terasa ketika mereka akan mulai melakukan serangkaian kegiatan ziarah di dalam area makam.
Yusaku Yamadera, pemain asal Jepang, mengaku sangat senang karena bisa merasakan kesempatan berziarah kali ini.
“Rasanya campur aduk. Ini adalah pengalaman pertama saya ke sini. Dan, saya tidak tau harus melakukan apa. Hanya bingung. Tapi, saya sangat antusias. Saya juga sangat senang berasa di sini untuk melakukan tradisi ini. Dan, saya sangat mengapresiasi kesempatan yang luar biasa dan jarang saya dapatkan ini,” ungkap Yusaku.
Seluruh rangkaian kegiatan ziarah di dalam area makam raja-raja di Imogiri ini juga tidak boleh didokumentasikan. Alasannya pun juga sama, yakni demi menjaga kesakralan kegiatan.
Bagi pelatih Seto Nurdiyantoro, ziarah ke makam raja-raja ini merupakan tradisi yang selalu membuatnya rindu. “Tentunya ada rasa perjalanan tersendiri. Walaupun sering ke sini, tapi selalu merindukan hal-hal seperti ini,” tuturnya.
Lebih lanjut, dirinya juga melihat makna utama kegiatan ini bagi para pemain, terutama yang baru pertama kali mengikuti ziarah. “Ini pengalaman yang pertama untuk sebagian pemain. Kita mendoakan leluhur. Intinya seperti itu. Ini mengingatkan kita bahwa suatu saat kita juga akan meninggal,” jelasnya.
Kegiatan ziarah di makam raja-raja Imogiri selesai sekitar pukul 21.30 WIB. Setelahnya, rombongan Laskar Mataram singgah sebentar untuk makan malam, sebelum melanjutkan perjalanan pulang ke Wisma PSIM Jogja.