Sabtu lalu (12/10), PSIM Jogja berhasil menang besar atas Persikas Subang dengan skor 5-0 di kandang sendiri. Sayangnya, pada laga tersebut, pemain muda Laskar Mataram Muhammad Fariz harus terkena cedera ketika tampil di lapangan.
Sekitar menit ke-75, Fariz berupaya untuk merebut bola dari lawan. Akan tetapi, intersepnya gagal. Alhasil, ia terjatuh karena tersandung kaki dan terkena bahu pemain lawan dengan posisi bahu kiri terlebih dahulu.
Tim medis PSIM Jogja segera masuk ke lapangan untuk memeriksa kondisi yang dialami Fariz. Dokter tim Adidya Rizky Pambudi menuturkan bahwa pada saat itu, tim medis segera melakukan asesmen pertama terhadap pemain asal Boyolali tersebut.
“Kita asesmen awal. Kita cek, keluhan Fariz itu adalah di bagian bahunya nyeri. Kita lihat. Saya dan fisioterapis cek, di bagian bahunya aman, tidak ada dislokasi. Lalu, kita cek juga di bagian tulang tangan, tulang bahu, tulang radius, tulang tangan yang bawah, tulang lengan bawah, lengan atas itu aman,” tutur Adidya.
Setelah itu, tim medis dan Fariz segera menepi menuju bench PSIM Jogja untuk dilakukan asesmen ulang. Hasilnya, tim medis menemukan benjolan pada tulang klavikulanya.
Alhasil, Tim medis langsung melakukan imobilisasi, yaitu tindakan mengistirahatkan tulang yang cedera dengan memasang gips atau alat lainnya untuk mencegah pergerakan berlebihan.
Adidya menjelaskan, “Posisi bahu kiri lebih, ada tonjolan di bagian tulang selangkanya atau tulang klavikula. Dari situ, kita dengan alat yang ada, kita kasih sanggahan. Jadi, tangannya tidak menumpu sendiri. Kita kasih kain untuk posisi tangan kirinya itu sedikit menggantung. Jadi, lengannya itu tidak bebas. Kita bikin imobilisasi, sama kita kasih es dulu untuk mengurangi nyerinya.”
Fariz dibawa ke rumah sakit Bethesda yang memang bekerja sama dengan PSIM Jogja musim ini untuk melakukan rontgen sebagai pemeriksaan awal.
“Hasil rontgennya ternyata patah di klavikula kiri atau tulang selangka kiri. Posisinya itu yang ada dada bagian atas tulang yang menonjol itu,” ungkap Adidya.
Berdasarkan instruksi dari dokter rumah sakit dan hasil asesmen tim medis, Fariz harus dioperasi untuk mengatasi kondisi cedera yang dialaminya.
Adidya menuturkan, “Lalu, dari manajemen memutuskan sesuai dari instruksi dari dokter di rumah sakit dan dokter dari tim, saya juga menyarankan dan menginstruksikan lebih baik dioperasi karena patah tulangnya komplit. Jadi, bukan patah tulang sebagian atau hanya retak. Tetapi, patah tulang secara utuh, dimana semestinya ada satu bagian yang utuh, tetapi ini sudah terbagi menjadi dua.”
Razzi Taruna selaku manajer tim mengungkapkan bahwa seluruh pihak internal PSIM Jogja merasa bersedih dengan kondisi cedera yang dialami Fariz.
“Pastinya, tim, yakni pemain, pelatih, manajemen sedih mendengar berita ini karena kita merasa, selama musim ini, Fariz bermain dengan sangat baik atau pemain yang bisa diandalkan oleh tim,” tutur Razzi.
Secara medis, Razzi menuturkan bahwa tim PSIM Jogja sudah bergerak cepat untuk menangani hal ini.
“Dalam konteks medis itu, kami sudah bergerak cepat dengan rumah sakit Bethesda yang kita kerja sama akan melakukan tindakan operasi pada hari Senin (14/10) jam enam sore,” ungkapnya.
Operasi ini juga akan dilakukan di rumah sakit Bethesda oleh dokter ortopedi di sana. Lebih lanjut, Adidnya menjelaskan tentang tahapan setelah nantinya operasi sudah dilakukan.
“Nanti, kalau sesuai dengan runtutannya, jadi nanti di operasi dulu. Setelah operasi, nanti ada kontrol tiga hari habis operasi dan kontrol seminggu setelah operasi, baru kontrol lagi satu bulan setelah operasi,” jelas Adidya.
Kondisi cedera yang dialami Fariz disebut dokter membutuhkan waktu penyembuhan yang cukup lama dikarenakan tulang klavikula merupakan tulang suportif untuk tangan. Oleh karena itu, Fariz diperkirakan akan menepi dari lapangan sekitar satu sampai dua bulan untuk proses pemulihan sampai akhir.
“Kalau kita melihat, ditanya berapa lama nanti biar bisa sembuh total. Sembuh total untuk tulang bisa menyambung itu satu sampai dua bulan,” kata Adidya.
Ia menambahkan bahwa golden period-nya atau waktu yang sangat menentukan adalah pada satu bulan pertama.
“Kita pantau di satu bulan pertama ini perkembangannya bagaimana. Si tulang ini sudah bisa menyatu atau belum. Kalau sudah menyatu, tulang ini sudah kokoh atau belum. Ketika dalam satu bulan pertama hasil rontgennya ternyata sudah bagus, sudah terbentuk. Nanti akan dilanjutkan oleh fisioterapi, untuk kembali menguatkan otot-otot di sekitar tulang yang patah itu.”
Adidya menutup penjelasannya, “Diharapkan, dalam jangka waktu satu sampai dua bulan ke depan, sudah bisa pemulihan total dan sudah bisa lagi kembali ke dalam tim.”
Dengan kondisi ini, Razzi mengaku bahwa seluruh pihak memberikan dukungan penuh untuk kesembuhan Fariz.
“Pastinya dari semua pihak, tim, pemain, pelatih, manajemen, dan official sudah memberikan dukungan semaksimal mungkin. Dan kemarin, teman-teman pemain, pelatih sudah nengok Fariz,” ungkap Razzi.
Ia berharap, cedera ini tidak membuat Fariz patah semangat agar segera pulih dan bisa kembali ke lapangan.
“Harapannya, Fariz tetap semangat. Kita semua support di sini, dari pemain, pelatih, manajemen. Semoga Fariz bisa lebih cepat pulihnya dan kembali ke lapangan untuk menunjukkan performa terbaiknya,” pungkasnya.