
Gemuruh Stadion Mandala Krida pecah saat peluit panjang tanda berakhirnya pertandingan berbunyi antara PSIM Jogja dan PSPS Pekanbaru kala itu (17/2). Setelah memenangkan laga, Laskar Mataram memastikan diri promosi ke Liga 1 musim 2025-2026, sebuah penantian panjang yang akhirnya terwujud.
Di balik euforia itu, ada sosok Sunni Hizbullah, pemain lokal asal Jogja yang menjadi bagian penting dari sejarah manis ini. “Bangga bisa mengantarkan PSIM lolos Liga 1 sekaligus juara,” ucap pria kelahiran Sleman dengan mata berbinar, merefleksikan kebahagiaan yang tak terhingga.
Bagi Sunni, ini bukan sekadar kemenangan, tetapi juga pembuktian atas kesetiaan dan kerja kerasnya bersama tim kebanggaan Kota Gudeg. “Tentu memiliki kesan tersendiri bisa menjadi bagian dari sejarah tim PSIM yang lama sekali tidak berkompetisi di kasta tertinggi,” lanjutnya.
Sebagai putra daerah, Sunni merasakan betul kerinduan para pendukung Laskar Mataram akan prestasi. Ia pun bersyukur bisa turut andil dalam mengakhiri penantian panjang itu.
Meski demikian, perjalanan Sunni bersama PSIM Jogja tidak selalu mulus. Ia pernah merasakan pahitnya kegagalan, namun itu tak mematahkan semangatnya. Tercatat, dirinya pernah membela Laskar Mataram pada musim 2016/2017, musim 2020/2021 sampai 2022/2023, dan musim ini.
“Berkali-kali membela tim PSIM selalu gagal. Ada keyakinan dari dalam diri ini dengan komposisi tim yang kuat di musim ini, optimis pasti bisa promosi ke Liga 1. Dan ternyata keyakinan serta mimpi itu menjadi kenyataan,” ungkap pemain yang pernah membela FC Bekasi City pada musim 2023/2024 tersebut.
Keyakinan Sunni berakar dari motivasi kuat dan nilai-nilai yang ia pegang teguh, yakni fokus, konsentrasi, saling percaya, dan komunikasi. Sebagai seorang bek dan salah satu kapten tim, ia memikul tanggung jawab besar. Namun, dengan dukungan rekan-rekan setim, ia mampu menjalankan tugasnya dengan baik.
Di balik kesuksesannya di lapangan tersebut, Sunni tak lupa terhadap sosok yang sangat berperan dalam hal itu. Baginya, keluarga adalah sumber kekuatan dan motivasinya dalam bermain sepak bola. “Yang pasti keluarga, terutama orang tua, anak, dan istri yang selalu support di saat kalah dan menang,” tutur Sunni.
Selain keluarga, suporter juga memiliki peran penting bagi Sunni. “Suporter yang selalu mendukung juga selalu bisa membakar motivasi tersendiri bagi saya,” ungkap pemain berusia 31 tahun tersebut.
Kini, Sunni menatap masa depan dengan optimisme. Ia berharap PSIM terus berjaya di Liga 1 dan mampu menjadi wadah bagi pemain muda Yogyakarta untuk mengembangkan bakat.
“Harapan saya untuk PSIM musim depan semoga selalu menjadi tim yang kuat, solid, dan kompak di dalam dan luar lapangan. Selain itu, mampu menjadi wadah bagi bibit pemain muda di Yogyakarta yang di masa depan membawa nama baik kota ini,” pungkasnya.
Kisah Sunni Hizbullah adalah cerita tentang mimpi, keyakinan, dan kerja keras. Ia adalah bukti bahwa dengan tekad yang kuat, mimpi bisa menjadi kenyataan. Ia adalah sosok yang membawa kebanggaan bagi PSIM Jogja, suporter, dan untuk masyarakat Yogyakarta.