Jika kita bertanya siapa penjaga gawang yang selalu mencium gawang sebelum pertandingan dan selalu mencium bola saat akan melakukan tendangan gawang, kita pasti akan teringat dengan sosok Prasetyo Sugianto. Ya, penjaga gawang yang pernah membawa PSIM Jogja dua kali promosi ini, dengan antusias menceritakan banyak hal dalam sesi interview, salah satunya alasan mengapa dirinya selalu mencium gawang sebelum pertandingan. Berikut hasil interview bersama salah satu legenda PSIM Jogja:

Apa kabar Prasetyo Sugianto, apa kesibukan saat ini?

Kabar baik. Kesibukan saya sementara ini membantu melatih di Julius & Kwateh (JK) Academy. Sebelumnya saya melatih penjaga gawang di klub Liga 2 Putra Delta Sidoarjo. Tapi berhubung kompetisi berhenti dan nggak jelas, jadi saya diminta bantuan Coach Kwateh.

Bagaimana cerita Prasetyo Sugianto akhirnya bisa menembus tim senior PSIM Jogja?


Waktu itu ya dari seleksi, tapi dulu seperti ada perlakuan khusus. Saya sebenarnya tidak dipersiapkan untuk tahun itu, mungkin karena saya asli Jogja dan pelatih memantau saya, ketika saya di PON (Pekan Olahraga Nasional) DIY dua kali, Soeratin juga dua kali, jadi saya dipromosikan dari junior ke senior.


Apakah ada masa paling berat yang dirasakan saat membela PSIM Jogja?


Pada saat PSIM di Liga Dunhill kemudian degradasi, dan memulai dari Divisi I lagi. Saat itu kondisinya semua serba prihatin, bahkan waktu itu kita latihan saja di 403 Kentungan.

Perasaan Prasetyo Sugianto ketika berhasil membawa PSIM Jogja promosi dua kali di musim 1996/1997 dan 2005?


Jadi pemain PSIM Jogja saja sudah merupakan kebanggaan bagi saya, apa lagi saat itu bisa membawa PSIM Jogja promosi sebanyak dua kali. Sampai sekarang pun saya akan dengan bangga mengatakan jika saya adalah pemain PSIM. Membawa PSIM Jogja promosi tentu merupakan kebanggaan tersendiri bagi saya.


Apa momen yang paling berkesan bagi Prasetyo Sugianto selain membawa PSIM Jogja promosi ?


Saya sangat menikmati setiap momen saat bermain untuk PSIM Jogja, jadi setiap perjalanan yang saya lalui di PSIM Jogja ya merupakan momen yang sangat berharga.


Suka duka saat memperkuat PSIM Jogja?


Dukanya ketika PSIM Jogja dalam prestasi yang belum diinginkan, sebagai orang lokal Jogja pertanggungjawabannya tentu berbeda dengan orang luar Jogja, dan itu terkadang menjadi beban tersendiri. Hanya ditanya “kenapa kalah?” saja sangat menyakitkan, meskipun tidak semua orang tau kondisi sebenarnya. Sukanya ya saat berhasil membawa PSIM Jogja promosi dan tampil baik disetiap pertandingan.

Pelatih PSIM Jogja paling berkesan dimata Prasetyo Sugianto?


Yang junior ada almarhum coach Nurdin Basyar. Kalau yang membawa perubahan di Jogja ya coach Bertje Matulapelwa, karena berkat beliau semua orang Jogja jadi mempunyai kesempatan untuk bermain di PSIM Jogja. Yang terakhir ya almarhum bang Dananjaya, beliau berani memberi saya kepercayaan untuk bermain meskipun saat itu saya statusnya kiper keempat.


Selama membela PSIM Jogja, siapa pemain yang paling dekat dengan Prasetyo Sugianto?


Kalau yang paling dekat dan hampir seperti saudara itu Dedy Setiawan, karena saya selalu dengan dia. Satu SMA juga, bahkan dari Pra-PON, PSIM Soeratin sampai di PSIM saya selalu dengan dia.

Banyak yang bertanya alasan Prasetyo Sugianto selalu mencium gawang sebelum pertandingan, apa ada makna khusus dibalik semua itu?

Saya menjaga gawang dan bola supaya tidak kemasukan. Makanya sebisa mungkin saya berusaha menyayangi yang saya jaga itu, dan simbolisasinya ya mencium bola dan gawang. Saya hanya merasa bahwa harus ada ikatan seperti itu, gawang harus bisa saya jaga dengan baik dan bola harus selalu ada di dekat saya.

Bagaimana seorang Prasetyo Sugianto menilai sosok Didik Wisnu yang pernah menjadi junior dan anak asuh ketika di PSIM Jogja?


Dia sebenarnya sama dengan kiper lain, tapi dia punya dedikasi dan keseriusan yang baik, semoga apa yang saya rasakan juga Didik rasakan. Semoga PSIM Jogja memiliki kesan tersendiri bagi Didik. Dia sangat beruntung saat ini menjadi pelatih kiper PSIM Jogja.

Boleh disampaikan bagaimana suporter PSIM Jogja di mata Prasetyo Sugianto?


Suporter PSIM itu unik, mereka selalu all out saat mendukung tim kebanggaannya. Dulu pemain dan suporter itu sangat dekat, tanpa jarak. Momen yang paling saya rindukan adalah saat saya selesai main, saya merayakan dengan suporter. Bagi saya mereka adalah bagian yang tidak terpisahkan dari kita.

Share this :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *