
YOGYAKARTA, PSIMJOGJA.ID – Keamanan berkandang di Stadion Maguwoharjo, kesiapan tim, dan komunikasi dua arah yang berkala sebagai bentuk transparansi, menjadi fokus utama dalam acara audiensi bertajuk “Guyub Sedulur”. Agenda ini digelar manajemen PSIM Jogja bersama wadah suporter Brajamusti dan The Maident, Selasa (24/6) malam, di Wisma PSIM, Baciro.
Pada awal audiensi, topik pertama yang dibahas adalah perihal stadion kandang. Direktur Utama PSIM Yuliana Tasno, menegaskan bahwa prioritas utama saat ini adalah mengupayakan Stadion Maguwoharjo sebagai kandang sementara. “Pilihan ini diambil setelah berbagai alternatif lain menemui jalan buntu,” jelasnya.
Manajer tim Razzi Taruna, menambahkan bahwa Stadion Sultan Agung (SSA) juga terkendala standarisasi baru dari PSSI, terutama terkait implementasi VAR. Opsi lain seperti Stadion Moch Soebroto di Magelang juga dinilai belum memenuhi standar Liga 1.
Meskipun Stadion Manahan di Solo memenuhi syarat, manajemen sangat mempertimbangkan dampak psikologis tim. “Statistik menunjukkan tim musafir biasanya mengalami kesulitan. Karena itu, kami benar-benar mengusahakan Maguwoharjo. Lapangan bagus dan suporter bisa hadir penuh, rasanya seperti benar-benar di kandang,” papar Razzi.
Topik selanjutnya tentang kesiapan tim, Razzi optimistis skuad utama Laskar Mataram sudah terbentuk. “Tim utama sudah siap, pemain asing juga sudah ada. Pelatih terus memantau kondisi pemain dan kami sudah menyusun program pramusim,” katanya.
Selain tim utama, PSIM Jogja juga berkomitmen mengembangkan talenta muda DIY melalui program Elite Pro Academy (EPA). Untuk menunjang latihan, manajemen tengah menindaklanjuti arahan Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X, untuk membenahi dan memanfaatkan Lapangan Kridosono sebagai training ground.
“Kami telah membuat proposal ke Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) untuk bisa membenahi Kridosono,” ungkap Liana.
Komitmen Bersama untuk Jaga Daerah Istimewa Yogyakarta
Inti dari pertemuan “Guyub Sedulur” adalah peneguhan komitmen bersama untuk menjaga kondusivitas antarsuporter, terutama jika PSIM Jogja diizinkan menggunakan Stadion Maguwoharjo.
“Kalau kita sudah diberikan izin memakai Maguwoharjo, jangan sampai ada hal kecil yang merusak kerja keras kita semua,” tegas Liana.
Ketua Panitia Pelaksana, Wendy Umar Seno Aji, menegaskan bahwa komitmen internal ini adalah modal fundamental bagi perjalanan PSIM ke depan. “Ini komitmen internal kita untuk menjaga kondusivitas. Ini adalah langkah yang baik untuk perjalanan PSIM ke depannya,” ungkapnya.
Perwakilan suporter Widya Wati mengapresiasi langkah manajemen PSIM Jogja menggelar acara audiensi jelang Liga 1 2025/2026 bergulir. “Semoga diskusi ini tidak berhenti hanya menjadi sekadar diskusi, tapi ada tindakan nyata setelahnya. Ini adalah langkah awal komunikasi yang terbuka antara PSIM dan suporter, sehingga tidak ada lagi prasangka negatif yang menjadi bola liar,” jelasnya.
Pertemuan ini menjadi jembatan dialog antara manajemen dan suporter. Di satu sisi, manajemen menjawab harapan akan transparansi dan langkah nyata menuju Liga 1. Di sisi lain, manajemen menaruh kepercayaan penuh kepada suporter untuk bersama-sama menjaga keamanan dan kenyamanan, terutama jika PSIM resmi berkandang di Stadion Maguwoharjo.