Meskipun memliki pengalaman bermain di berbagai klub, Eko “Kancil” menjadikan PSIM Jogja sebagai klub terlama yang ia bela. Total 5 musim Eko berseragam Laskar Mataram. Pemain bernama lengkap Eko Budi Santoso ini berbagi kisah hidupnya di dunia sepak bola.

  • Bagaimana dulu bisa terjun ke dunia sepak bola?

Sejak SMP saya sudah suka sepak bola, namun belum masuk klub manapun karena di daerah saya belum ada SSB. Baru saat SMA, saya masuk ke Diklat Salatiga (kini menjadi PPLP Jawa Tengah). Di diklat, saya satu angkatan dengan Bambang Pamungkas.

Awalnya saya juga tidak lolos masuk ke diklat. Karena ada aturan tinggi badan minimal 170 cm yang membuat saya tidak masuk. Jadi saya hanya ikut latihan saja di sana selama satu tahun. Saya baru resmi masuk setelah ikut Popnas Semarang dan juara, dari jalur itu saya bisa masuk Diklat Salatiga.

  • Dikenal berprestasi sejak muda, bisa disebutkan prestasinya apa?

Saya ikut kompetisi pelajar Asia. Dulu dari Jawa Tengah hanya saya dan Bambang Pamungkas. Lainnya ada Ismed, Elie Aiboy, Erol Iba. Di kompetisi itu, kami dapat medali perunggu di Korea Selatan.

  • Bagaimana perjalanan karier seorang Eko Kancil menjadi pesepak bola profesional?

Setelah lulus dari Diklat Salatiga, saya ke PS Petrokimia Putra Gresik. Di sana saya bertahan tiga musim. Sempat ikut mengantarkan Petrokimia menjadi juara liga pada saat itu. Setelahnya saya ke PKT Bontang, PSS Sleman, Perseden Denpasar, Persibat Batang, lalu ke Persis Solo.

Setelah dari Persis Solo, baru saya bergabung ke PSIM Jogja. Saya 5 musim di sana saat itu, bahkan mau 6 musim untuk menghadapi ISC. Tapi saya mengundurkan diri dan pindah ke Persip Pekalongan selama semusim. Terakhir saya ke PPSM Magelang dan setelah itu saya sudah tidak bermain profesional lagi.

  • Selama di PSIM Jogja, apa kenangan paling diingat Mas Kancil?

Saya paling senang di PSIM tuh karena kebersamaannya. Saat di PSIM, kebersamaan dengan teman-teman sudah seperti keluarga sendiri. Terbukti saya betah di PSIM. Disambut hangat sejak musim pertama gabung. Saat itu pelatihnya masih almarhum Maman Durachman.

  • Kalau kenangan dengan para suporter bagaimana?

Nah ini yang saya suka juga dari PSIM. Kita sebagai pemain bisa merasa dekat dengan para suporter. Jadi rasa saling memiliki ini terbangun dengan baik.

  • Masih sering berinteraksi dengan teman seperjuangan di PSIM?

Masih, saya masih sering kontakan dengan pemain-pemain lama PSIM. Ada Johan, Erwan, Yosi, Toni Yuliandri, dan Nova Zaenal.

  • Setelah memutuskan berhenti menjadi pesepak bola profesional, apa kegiatan sekarang?

Saya sekarang menjadi peternak domba di kampung saya, Batang Jawa Tengah.

  • Apakah ada pesan untuk penggawa Laskar Mataram saat ini?

Saya tidak bisa memberikan pesan untuk pemain saat ini, karena saya sadar apa yang mereka hadapi berbeda dengan zaman saya dahulu. Saya hanya bisa mendoakan yang terbaik untuk para pemain.

  • Apa harapan untuk PSIM Jogja kedepannya?

Harapannya bisa naik ke kasta tertinggi. Karena dari zaman saya dahulu belum naik. Saya melihat di media manajemennya sekarang sudah bagus. Greget pemain akan meningkat saat manajemen bagus. Kalau zaman saya dahulu, gaji pemain saja masih menuggak. Jadi ya harapannya bisa memotivasi pemain menjadi lebih semangat lagi.

Share this :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *